Perundungan oleh Dokter Senior Membuat Dokter Muda Berhenti, Menjadi Dampak Kekurangan Dokter Spesialis Makin Parah



IDNAGA99 agen slot gacor terpercaya , dengan minimal depo 25k wd bisa puluhan juta - Wildan, seorang dokter muda yang sebelumnya terdaftar dalam program pendidikan dokter spesialis (PPDS), mengungkapkan bahwa ia harus mundur dari program tersebut karena mengalami perundungan yang parah dari rekan-rekan seniornya. Keputusannya muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kekurangan dokter spesialis di Indonesia, dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini menyatakan bahwa negara ini menghadapi kekurangan yang parah sehingga mungkin harus mengimpor dokter spesialis dari luar negeri.

Wildan bercerita bahwa orang tuanya mendesak dia untuk keluar dari program PPDS setelah mereka mengetahui tentang perundungan yang dialaminya dari para dokter senior. Meskipun hal tersebut berdampak pada cita-cita karirnya, Wildan setuju untuk mundur.

“Yang terpenting adalah kesehatan mental saya dan kesejahteraan keluarga saya,” kata Wildan dalam sebuah wawancara di saluran YouTube Deddy Corbuzier, seperti dikutip pada hari Jumat.

Wildan tidak hanya melaporkan kekerasan fisik tetapi juga eksploitasi finansial, seperti dipaksa membayar pajak mobil seorang dokter senior. Ia mengaku tidak berdaya untuk melawan karena takut akan mendapat perlakuan yang lebih keras dari para seniornya.

“Di PPDS, menghormati guru dan senior sangat penting karena merekalah yang akan mengajari kita. Bukannya saya takut untuk melawan, tapi saya takut hal itu akan memperburuk keadaan. Ketika perundungan itu terjadi, saya pikir akan lebih baik untuk tidak berbicara, karena bisa membuat keadaan menjadi lebih buruk. Jadi, saya tidak melaporkannya,” jelas Wildan.

Manfatin bonus deposit harian 10% hanya di agen slot terpercaya IDNAGA99 , kantongin kemenangan puluhan juta - Isu perundungan di kalangan dokter muda menjadi sorotan setelah meninggalnya dr Aulia Risma Lestari, mahasiswa program PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) Semarang. FK Undip menyatakan keterbukaannya terhadap investigasi yang sedang berlangsung atas dugaan bunuh diri tersebut.

“Kami terbuka terhadap penyelidikan dan tidak akan menutup-nutupi apapun. Jika inspektur jenderal atau polisi menemukan kesalahan dengan bukti-bukti yang kuat, kami akan mengambil tindakan yang tepat dan memberikan sanksi yang berat sesuai dengan hukum,” kata Yan Wisnu Prajoko, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dalam sebuah konferensi pers pada hari Jumat.

Dalam proses investigasi, sembilan teman seangkatan dr Aulia di program PPDS Anestesiologi FK Undip, serta ketua program, ketua kelompok staf medis (KKSM) Anestesiologi RSUP Dr Kariadi, dan staf administrasi telah dimintai keterangan.

Yan Wisnu mengakui bahwa program ini tidak sepenuhnya efektif dalam mencegah kasus perundungan.

Ia juga membenarkan adanya kasus perundungan yang pernah terjadi yang melibatkan dokter spesialis bedah Prathita Amanda Aryani sebagai pelakunya.

“Prathita memang terlibat dalam perundungan terhadap juniornya pada tahun 2021, meskipun kejadian tersebut tidak melibatkan kekerasan fisik,” jelasnya.

Wisnu menegaskan bahwa Prathita telah menerima sanksi atas tindakannya dan telah menunjukkan penyesalannya. Meski membenarkan bahwa insiden perundungan yang melibatkan dr Prathita terjadi tiga tahun lalu, ia memastikan bahwa hal tersebut tidak terkait dengan kasus yang melibatkan dr Aulia Risma.

Mau agen situs slot terpercaya dan pastinya bisa kantongin kemenangan puluhan juta rupiah? IDNAGA99 jawabannya - Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti kekurangan dokter spesialis yang kritis di Indonesia, dan menyatakan bahwa dibutuhkan waktu hingga 10 tahun untuk memenuhi kebutuhan negara.

“Paling tidak 10 tahun, jika kita berhasil melatih (dokter) dan semuanya lulus. Ini belum termasuk yang berhenti atau meninggal dunia,” ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di kompleks parlemen di Senayan, Jakarta Pusat, pada bulan Juli lalu.

Budi Gunadi mengatakan bahwa karena kekurangan dokter spesialis, 285 rumah sakit umum daerah (RSUD) di seluruh Indonesia tidak memiliki tujuh jenis dokter spesialis yang dibutuhkan untuk standar operasional rumah sakit.

Dia menjelaskan bahwa setiap rumah sakit harus memiliki dokter spesialis kandungan, spesialis penyakit dalam, spesialis anak, spesialis bedah, spesialis anestesi, spesialis patologi klinik, dan spesialis radiologi.

Selain kekurangan dokter spesialis, Budi Gunadi mencatat bahwa distribusi dokter yang tidak merata di seluruh Indonesia masih menjadi masalah yang signifikan, terutama di daerah-daerah terpencil.

“Masalah kita bukan hanya kekurangan dokter, tetapi juga distribusi yang tidak merata. Hal ini perlu diatasi, namun banyak yang berpendapat bahwa situasi ini sudah cukup padahal belum tentu,” pungkasnya.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kobbie Mainoo mengatakan bahwa ia telah mengalami 'angin puyuh emosi' sejak pemanggilan Inggris

Pengurangan poin Nottingham Forest: Kehilangan empat poin membuat klub masuk ke zona degradasi

Dewan Adat Dayak mendukung pembangunan ibu kota baru Indonesia