Review 'Look Back': Film Anime Pahit Tentang Persahabatan dan Kritik Diri
IDNAGA99 agen slot gacor terpercaya , dengan minimal depo 25k wd bisa puluhan juta - "Look Back" --film adaptasi anime dari manga web populer yang hanya satu episode-- baru saja dirilis di bioskop-bioskop Indonesia.
"Look Back" berdurasi kurang dari satu jam, jauh lebih pendek dari kebanyakan film yang diputar di bioskop. Namun, 58 menit sudah cukup bagi film ini untuk menangkap dengan indahnya pasang surutnya persahabatan serta suka duka menjadi seorang seniman manga.
Manga web ini ditulis dan diilustrasikan oleh pencipta "Chainsaw Man", Tatsuki Fujimoto. Disutradarai oleh Kiyotaka Oshiyama dan diproduksi oleh Studio Durian, film "Look Back" merupakan adaptasi yang sesuai dengan karya aslinya.
"Look Back" mengisahkan seorang anak kelas empat SD bernama Ayumu Fujino (disuarakan oleh Yuumi Kawai). Fujino yang terlalu percaya diri menggambar manga untuk koran sekolah, dan karyanya dipuji oleh teman-temannya. Namun kepercayaan diri Fujino menurun ketika seorang murid pendiam, Kyomoto (disuarakan oleh Mizuki Yoshida), mengungguli dirinya karena memiliki bakat artistik yang lebih baik. Kecemburuan mendorong Fujino untuk terobsesi menjadi seniman yang lebih baik sebelum akhirnya menyerah. Setelah serangkaian peristiwa, Fujino dan Kyomoto bekerja sama untuk membuat manga.
Cerita ini terutama berfokus pada dua seniman muda yang bercita-cita tinggi dengan kepribadian yang berbeda, dan bagaimana persahabatan mereka berkembang melalui menggambar manga.
Manfatin bonus deposit harian 10% hanya di agen slot terpercaya IDNAGA99 , kantongin kemenangan puluhan juta - Film "Look Back" melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam menghidupkan persahabatan dengan visual yang menakjubkan. Anda dapat melihat bahwa mereka telah menangkap gaya menggambar Tatsuki Fujimoto yang bersih dan khas. "Look Back" terkadang akan beralih ke gaya gambar Fujino yang lebih santai karena membawa penonton ke dunia komik strip leluconnya. Animasi ini berhasil menyampaikan emosi para karakternya dengan baik: baik itu kegembiraan, kekecewaan, dan kesedihan. Film ini juga memberikan hasil yang luar biasa di bagian akustik. Tidak hanya soundtrack yang enak didengar, tapi juga alunan piano yang benar-benar mengatur nada untuk narasinya.
Tapi "Look Back" adalah kisah persahabatan yang pahit.
Kyomoto yang beranjak dewasa memutuskan untuk berpisah dan pergi ke sekolah seni, yang sangat mengejutkan Fujino karena karir mangaka mereka akan segera melejit. Fujino mencaci maki Kyomoto karena pergi, bahkan mengatakan bahwa dia terlalu tertutup untuk bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri.
Fujino dapat "berhubungan kembali" dengan temannya setelah Kyomoto dibunuh oleh seorang pria depresi di kampus. Film anime ini kemudian beralih ke dunia alternatif --dunia yang dibayangkan oleh Fujino yang sedang berduka-- di mana ia dapat menyelamatkan Kyomoto dengan mengorbankan manga yang mereka buat saat masih kecil.
Sewaktu ia bersedih, kita mendengar Fujino mengakui dalam sulih suara, bahwa ia sebenarnya tidak senang menggambar. Ketika ditanya mengapa dia repot-repot menggambar jika memang demikian, Fujino tetap diam. Film ini kemudian beralih ke montase yang mengharukan dari Fujino dan Kyomoto yang sedang menggambar manga bersama.
Mau agen situs slot terpercaya dan pastinya bisa kantongin kemenangan puluhan juta rupiah? IDNAGA99 jawabannya - Montase ini sangat kuat, dan merupakan contoh sempurna tentang bagaimana sebuah film dapat membuat penonton lebih mengenal karakter tanpa sepatah kata pun.
Ini menandai momen penting dalam pengembangan karakter Fujino. Fujino dimulai sebagai mangaka muda yang keras kepala yang hanya menggambar untuk mendapatkan pujian dari teman-teman sekelasnya. Pujian Kyomoto pula yang memotivasi Fujino untuk kembali menggambar setelah melepaskan cita-citanya. Tetapi montase ini menunjukkan bahwa egonya bukanlah hal yang membuat Fujino bertahan sebagai seniman manga. Selama ini, persahabatanlah yang memotivasi Fujino.
"Look Back" juga memberi penonton sekilas tentang perjuangan artistik. Pada awalnya, Fujino yang iri hati menghabiskan seluruh waktunya untuk berlatih, bahkan mengasingkan diri dari teman dan keluarga. Gadis muda ini bahkan terlihat menggambar siang dan malam saat musim berganti. Fujino akhirnya menyerah, berpikir bahwa ia tidak akan pernah bisa sebagus atau lebih baik dari Kyomoto terlepas dari semua kerja kerasnya. Terlepas dari motivasinya untuk menggambar saat itu, bagian ini saja sudah secara sempurna menangkap tantangan dalam sebuah kreasi artistik. Waktu yang dihabiskan untuk berlatih, menunjukkan, bagaimana Fujino --seperti kebanyakan seniman-- bisa bersikap keras terhadap diri mereka sendiri.
Tetapi, kritik diri yang keras ini merupakan sesuatu yang bahkan bisa dirasakan oleh orang yang bukan seniman. Seperti Fujino, kita semua tidak asing dengan perasaan tidak cukup baik, tidak peduli seberapa keras kita berusaha.
Komentar
Posting Komentar